Rabu, 30 Maret 2011

nematoda


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Helmitologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. Menurut taksonomi Helmintologi di bagi menjadi dua dan salah satunya adalah kelas NEMATHELMINTHES (cacing gilik).
Stadium dewasa cacing-cacing yang termasuk NEMATHELMINTHES (kelas NEMATODA) berbentuk bulat memanjang dan pada potongan tranversal tampak rongga badab dan alat-alat. Cacing ini mempunyai alat kelamin terpisah.
Dalam Parasitologi Kedokteran diadakan pembagian nematode menjadi nematode usus yang hidup di rongga usus dan nematode jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat tubuh.

1.2  Masalah
1.      Bagaimana daur hidup dan morfologi dari nematoda?
2.      Apa saja macam-macam dari nematoda usus?
3.      Apa saja macam-macam dari nematode jaringan?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui daur hidup dan morfologi nematode.
2.      Mengetahui macam-macam jenis nematode usus.
3.      Mengetahui macam-macam jenis nematode jaringan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Nematoda
            Nematoda mempunyai jumlah spesies yang terbesar diantara cacing-cacing yang hidup sebagai parasit. Cacing-cacing ini berbeda-beda dalam habitat, daur hidup, dan hubungan hospes parasit (host-parasite relationship).
Morfologi dan Daur Hidup
            Besar dan panjang cacing nematode beragam: ada yang panjang nya beberapa mm dan adapula yang melebihi 1 mm. cacing ini mempunyai kepala, ekor, dinding dan rongga badan dan alat-alat lain yang agak lengkap.
            Biasanya system pencernaan ekresi dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing bertelur tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara parthenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara: aktif, tertelan atau dimasukkan oleh vector melalui gigitan. Hamper semua Nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui dengan pasti.
2.2       Nematoda Usus
A.     Ascaris lumbricoides
Hospes dan nama penyakit

            Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Penyakit yang disebabkan nya disebut askariasis.
Morfologi dan Daur Hidup
            Cacing jantan berukuran 10-30 cm sedangkan yang betina 22-35 cm. stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Seekor cacing betina dapat bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari: terdiri dari telur yang dibuahi dan tidak dibuahi.
            Telur yang dibuahi besarnya kurang lebih 60x45 mikron dan yang tidak dibuahi 90x40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu 3 minggu.  Bentuk infektif ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larva nya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lenih 2 bulan.


Patologi dan gejala klinis
            Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva.
            Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi pendarahan kecil pada dinding alveolus dan timbul ganguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam dan eosinofilia. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa niasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gejala gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
            Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing-cacing ini mengumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus).
            Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengebara ke saluran empedu, apendiks, atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu tindakan operatif.


Diagnosis
            Cara menegakkan diagnosis penyakit adalah dengan pemerikasaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosis askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah, maupun melalui tinja.
Pengobatan
            Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan maupun secara masal pada masyarakat. Untuk perorangan dapat digunakan bermacam-macam obat misalnya piperasin, pirantel pamoat, mebendazol atau albendazol.
            Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang dapat digunakan untuk infeksi campuran A. lubricoides dan T. trichiura. Untuk pengobatan masal perlu beberapa syarat, yaitu:
·        Obat mudah diterima masyarakat.
·        Aturan pemakaian sederhana
·        Mempunyai efek samping yang minim
·        Bersifat polivalen, sehingga dapat berkhasiat terhadap beberapa jenis cacing
·        Harganya murah
Prognosis
            Pada umumnya askariasis mempunyai prognosis baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Dengan pengobatan, kesembuhan diperoleh antara 70-99%.
Epidemiologi
            Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 60-90%. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah. Di Negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.
            Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25o- 30o C merupakan hal-hal yang sangat baik untuk berkembangnya telur A.lumbricoides menjadi bentuk infektif

B.     Toxocara canis dan Toxocara cati

Hospes dan nama penyakit.
            Toxocara canis ditemukan pada anjing. Toxocara cati ditemukan pada kucing. Kadang-kadang cacing ini dapat hidup pada manusia sebagai parasit yang mengembara (erratic parasite) dan menyebabkan penyakit yang disebut visceral larva migrans.

Morfologi
Toxocara canis berpredeleksi dalam usus halus anjing dan rubah, lebih besar dari Toxascaris leonina. Cacing jantan panjangnya mencapai 10 cm dan yang betina 18 cm. Telurnya berbentuk agak bulat berukuran 85-90X75 mikron dengan dinding tebal dan berbintik-bintik halus.
Toxocara cati berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya hampir sama dengan T. canis, cacing jantan panjangnya 3 – 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan bersayap. Cacing betina panjangnya 4-12 cm. Telur berukuran 65 – 75 mikron.
           
Patologi dan gejala klinis
            Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam, khususnya di hati. Penyakit yang disebabkan larva yang mengembara ini disebut visceral larva migrans, dengan gejala eosifilia, demam dan hepatomegaliu. Visceral larva migrans dapat juga disebabkan larva Nematoda lain.

Diagnosis
            Diagnosis pasti visceral larva migrans dengan menemukan larva atau potongan larva dalam jaringan sukar ditegakkan. Reaksi immunologi dapat membatu menegakkan diagnosis.

C.     Cacing Tambang (hookworm)

·                                Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Hospes dan nama penyakit
            Hospes penyakit ini adalah manusia; cacing ini menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis.


Morfologi dan Daur Hidup
            Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Cacing dewasa berukuran relatif kecil, berbentuk silinder, kaku, berwarna putih kelabu atau kemerahan tergantung banyaknya darah yang ada didalam saluran pencernaannya. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal dan celah mulut mengarah ke antero dorsal. Capsul buccalisnya dalam dengan 1-3 pasang gigi pada tepinya dan lancet segitiga ” Trianguler ” atau gigi dorsal yang berada didalamnya.
            Cacing jantan berukuran panjang 9-12 mm, mempunyai alat kelamin tunggal, dimana bursa cacing jantan mempunyai kerangka yang bentuknya sempurna dan sepasang spikulum sama besar yang panjangnya sekitar 0,9 mm, terdapat gubernakulum bermuara pada kloaka yang terletak pada bursa tersebut.
Cacing betina berukuran panjang 15-18 mm, alat kelaminnya berpasangan, dimana vulvanya terletak kira-kira di 1/3 posterior tubuhnya.

            Daur hidup ialah sebagai berikut:
            Telur        larva rabditifom           larva filariform             menembus          kulit    kapiler  darah          jantung kanan        paru         bronkus          trakea             laring          usus halus.
            Patologi dan gejala klinis
            Gejala nekatoriasis dan ankilostomiasis
1.      Stadium larva:
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
2.      Stadium dewasa
Gejala tergantung pada spesies dan jumlah cacing dan keadaan gizi penderita (Fe dan protein).
Diagnosis
            Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk membedakan spesies N.americanus  dan A.duodenale dapat dilakukan biakan tinja misalnya dengan cara Harada-Mori.
Pengobatan
            Pirantel pamoat memberikan hasil cukup baik, bilamana digunakan beberapa hari berturut-turut.
Epidemiologi
            Insidens tinggi ditemukan pada penduduk di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, khususnya di perkebunan. Seringkali golongan pekerja perkebunan yang langsung berhubungan dengan tanah, mendapati infeksi lebih ddari 70%.


·        Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum

Hospes dan nama penyakit
            Kucing dan anjing merupakan hospes definitif
            Cacing ini menyebabkan creeping eruption pada manusia

Morfologi
            A.braziliense mempunyai dua pasang gigi yang tidak sama besarnya. Cacing jantan panjangnya antara 4,7-6,3 mm, yang betina 6,1-8,4 mm.
            A.caninum mempunyai tiga pasang gigi: cacing jantan panjangnya kira-kira 10 mm dan cacing betina kira-kira 14 mm.

Patologi dan gejala klinis
            Creeping eruption adalah suatu dermatitis gambaran khas berupa kelainan intrakutan serpiginosa, yang antara lain disebabkan A.branziliense dan A.caninum. Pada tempat larva filariform menembus kulit terjadi papel keras, merah dan gatal. Dalam beberapa hari terbentuk terowongan intrakutan sempit, yang tampak sebagai garis merah, sedikit menimbul, gatal sekali dan bertambah panjang menurut gerakan larva di dalam kulit. Sepanjang garis yang berkelok-kelok, terdapat vesikell-vesikel kecil dan dapat terjadi infeksi sekunder karena kulit digaruk.

Diagnosis
            Diagnosis creeping eruption ditegakkan dengan:
1.      Gambaran klinis yang khas pada kulit
2.      Biopsy


Pengobatan
            Pengobatan dilakukan dengan:
1.      Semprotan kloretil
2.      Albendazol

·        Ancylostoma ceylanicum
Cacing tambang anjing dan kucing ini dapat menjadi dewasa pada manusia. Di rongga mulut terdapat dua gigi yang tidak sama besarnya. Diantara 100 anjing, 37% mengandung A.ceylanicum. ini juga ditemukan pada 50 ekor kucing sebanyak 50%. Kelompok anjing dan kucing ini berasal dari Jakarta dan sekitarnya.

D.     Trichuris trichiura (Trichocephalus dispar,cacing cambuk)

Hospes dan nama penyakit
            Manusia merupakan hospes cacing ini. Penyakit yang disebabkannya disebut trikuriasis.
Morfologi dan daur hidup
            Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm,sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior langsing seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior umumnya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya lebih membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Cacing dewasa ini hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Seekor cacing betina di perkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10000 butir.
            Telur berukuran 50-54 mikron x 32 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 sampai 6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.

Patologi dan gejala klinis

            Cacing Trichuris  pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens.
            Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejanya penderita waktu defekasi.
            Cacing ini memasukkan kepala nya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatan nya dapat terjadi pendarahan. Disamping itu rupanya cacing ini menghisap darah hospes nya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
            Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukkan gejala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang0kadang disertai prolapsus rektum.
            Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala: parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja secara rutin.

Diagnosis
            Diagnosis dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja

Pengobatan
            Dahulu infeksi Trichuris sulit sekali diobati. Obat seperti tiabendazol dan ditiazanin tidak memberikan hasil yang memuaskan.
            Sekarang dengan adanya mebendazol, albendazol dan oksantel pamoat, infeksi cacing Thichuris sudah dapat diobati dengan hasil yang cukup baik.
Epidemiologi
            Yang penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab dan teduh dengan suhu optimum kira-kira 30oC. Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indoneisa frekuensi nya berkisar antara 30-90%.
            Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pengobatan penderita Trichuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang di makan mentah adalah penting apalagi di negeri-negeri yang memakai tinja sebagai pupuk.
E.      Strongyloides stercoralis

Hospes dan nama penyakit
            Manusia merupakan hospes dari cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit strongilodiasis.
Morfologi dan daur hidup
            Hanya cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan yeyunum. Cacing betina filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2 mm.
            Cara berkembang biaknya diduga secara partenogenesis. Telur bentuk parasitik diletakkan di mukosa usus, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja. Parasit ini mempunyai tiga macam daur hidup:
1.      siklus langsung
sesudah dua sampai tiga hari di tanah, larva rabditiform yang berukuran kira-kira 225 x 16 mikron, berubah menjadi larva filariform dengan bentuk langsing dan merupakan bentuk infektif, panjangnya kira-kira 700 mikron. Bila larva filariform menembus kulit manusia, larva tumbuh, masuk ke dalam peredaran darah venadan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring. Sesudah sampai di laring terjadi refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan kira-kira 28 hari sesudah infeksi.
2.      siklus tidak langsung
pada siklus tidak langsung, larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan cacing betina bentuk bebas. Bentuk-bentuk bebas ini lebih gemuk dari bentuk parasitik. Cacing yang betina berukuran 1 mm x 0,06 mm, yang jantan berukuran 0,75 mm x 0,04 mm, mempunyai ekor melengkung dengan 2 buah spikulum. Sesudah pembuahan, cacing betina mengahsilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform. Larva rabditiform dalam waktu beberapa hari dapat menjadi larva filariform yang infektif dan masuk kedalam hospes baru, atau larva rabditiform tersebut dapat juga mengulangi fase hidup bebas. Siklus tidak langsung ini terjadi bilamana keadaan sekitarnya optimum yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk kehidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri-negeri tropik dengan iklim lembab. Siklus langsung sering terjadi di negeri-negeri yang lebih dingin dengan keadaan yang kurang menguntungkan untuk parasit tersebut.
3.      autoinfeksi
larva rabditiform kadang-kadang menjadi larva filariform di usus atau di daerah sekitar anus(perianal). Bila larva filaform menembus mukosa usus atau kulit perianal, maka terjadi suatu daur perkembangan di dalam hospes. Adanya autoinfeksi dapat menyebabkan strongiloidiasis menahun pada penderita yang hidup di daerah nonendemik.

Patologi dan gejala klinis
            Bila larva filariform dalam jumlah besar menembus kulit, timbul kelainan kulit yang dinamakan creeping eruption yang sering disertai dengan rasa gatal yang hebat.
            Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda. Infeksi ringan dengan Stronglyodes pada umumnya terjadi tanpa diketahui hospesnya kerena tidak menimbulkan gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-tusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah; diare dan konstipasi saling bergantian. Pada strongiloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi dan hiperinfeksi. Pada hiperinfeksi cacing dewasa yang hidup sebagai parasit dapat ditemukan di berbagai alat dalam (paru, hati, Bandung empedu).
            Pada pemeriksaan darah mungkin ditemukan eosinofilia atau hiperesinofilia meskipun pada banyak kasus jumlah sel eosinofil normal.
Diagnosis
            Diagnosis klinis tidak pasti karena strongiloidiasis tidak memberikan gejala klinis yang nyata. Diagnosis pasti ahíla bila menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, dalam biakan atau dalam aspirasi duodenum. Biakan tinja selama sekurang-kurangnya 2 x 24 jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa strongyloides strecoralis yang hidup bebas.

Pengobatan
            Dahulu tiabendazol merupakan obat pilihan dengan dosis 25 mg per kg berat badan, satu atau dua kali zaherí selama 2 atau 3 hari. Semarang albedanzol 400 mg satu/dua kali sehari selama tiga hari merupakan obat pilihan. Mebendazol 100 mg tiga kali sehari selama dua atau tempat minggu dapat memberikan hasil yang baik. Mengobati orang yang mengandung parasit, meskipun kadang-kadang tanpa gejala, adalah penting mengingat dapat terjadi autoinfeksi. Perhatian khusus ditujukan kepada pembersihan sekitar daerah anus dan mencegah terjadinya konstipasi.

Prognosis
            Pada infeksi berat strongilodiasis dapat menyebabkan kematian.

Epidemiologi
            Daerah yang panas, kelembaban tinggi dan sanitasi yang kurang, sangatmenguntungkan cacing Strongyloides sehingga terjadi daur hidup yang tidak langsung.
            Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ahíla tanah gembur, berpasir dan humus. Pencegahan strongiloidiasis terutama tergantung pada sanitasi pembuangan tinja dan melindungi kulit dari tanah yang terkontaminasi, misalnya dengan pemakai alas kaki.
            Penerangan kepada masyarakat mengenai cara penularan dan cara pembuatan serta pemakaian jamban juga penting untuk pencegahan penyakit strongilodiasis.

2.2  Epidemiologi Soil Transmitted Helminths
A.     Lumbricoides dan T.trichiura
Beberapa survei yang dilakukan di indonesia (tahun 1970-1974) menunjukkan bahwa seringkali prevalensi Ascaris yang tinggi disertai prevalensi trichuris yang tinggi pula.
            Prevalensi Ascaris yang lebih tinggi dari 70% ditemukan antara laindi beberapa desa Sumatra(78%), Kalimantan (79%), Sulawesi(88%), NTB(92%), dan Jawa Barat(90%). Di desa-desa tersebut prevalensi Trichuris juga tinggi yaitu untuk masing-masing daerah 83%,8%,83%,84% dan 91%.
            Di daerah endemi dengan insidens Ascaris dan Tichuris tinggi, terjadi penularan secara terus menerus. Transmisi ini dipengaruhi oleh berbagai hal yang menguntungkn parasit, seperti keadaan tanah dan iklim yang sesuai. Kedua spesies cacing ini memerlukan tanah liat untuk berkembang. Telur A.lumbricoides yang telah dibuahi dan jatuh di tanah yang sesuai, menjadi matang pada waktu 3 minggu pada suhu optimum 25o – 30o C. telur T.trichiura akan matang dalam 3-6 minggu pada suhu optimum kira-kira 30oC. telur matang kedua spesies ini tidak menetas dalam tanah dan dapat bertahan hidup dalam beberapa tahun, khususnya telur A.lumbricoides. selain keadaan tanah dan iklim yang sesua, keadaan endemi juga dipengaruhi oleh jumlah telur yang dapat hidup sampai menjadi bentuk infektif dan masuk ke dalam hospes.
            Diketahui bahwa banyaknya telur yang dihasilkan satu ekor cacing betina adalah sebagai berikut: A.lumbricoides kira-kira 200.000 sehari, T.trichiura kira-kira 5000 sehari dan cacing tambang kira-kira 9000-10.000 sehari.
            Semakin banyak telur ditemukan di sumber kontaminasi (tanah, debu, sayuran dan lain-lain),semakin tinggi derajat endemi disuatu daerah. Jumlah telur yang dapat berkembang ,menjadi semakin banyak pada masyarakat dengan infeksi yang semakin berat, karena berdefekasi sembarang tempat, khususnya di tanah, merupakan suatu kebiasaan sehari-hari.
            Pada umumnya tidak ada perbedaan prevalensi infeksi Ascaris dan Trichiuris antara kedua jenis kelamin.

B.       Cacing tambang dan S.strecoralis
Pada umumnya prevalensi cacing tambang berkisar antara 30-50% di berbagai daerah di Indonesia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan seperti di perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat dan di perkebunan kopi di Jawa Timur. Pravelensi infeksi cacing tambang cenderung meningkat dengan meningkatnya umur. Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh  sifat pekerjaan sekelompok karyawan atau penduduk. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebagai berikut: kelompok karyawan, wanita maupun pria, yang mengolah tanah di perkebunan teh atau karet, akan terus menerus terpapar terhadap kontaminasi.

       Pencegahan dan pemberantasan
Pencegahan dan pemberantasan cacing-cacing ini adalah dengan:
1.      Memutuskan rantai daur hidup dengan cara:
·     Berdefekasi kasus.
·     Menjaga kebersihan, lebih-lebih dengan adanya cukup air bersih di kakus dan untuk mandi dan cuci tangan secara teratur.
·     Memberi pengobatan masal dengan obat antelmintik yang efektif, terutama kepada golongan rawan.
2.      Pemberian penyuluhan kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan cara mnghindari infeksi cacing-cacing ini.

C.         Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)

Hospes dan nama penyakit
       Manusia adalah satu-satunya hospes dan penyakitnya disebut enterobiasis atau oksiuriasis.

Morfologi dan daur hidup
       Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh dengan telur. Cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya (¿); spikulum pada ekor jarang ditemukan. Hábitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar an di usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus
       Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duodenum dan larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.
       Waktu yang diperluksan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
       Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatan pun infeksi dapat berakhir.

Patologi dan gejala klinis
       Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang meninmbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang menonjol disebabkan iritasi di sekitar anus, perineum dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina sehingga menyebabkan pruritus local. Oleh karena cacing bermigrasi ke daerah anus danmenyebabkan pruritus ani, maka penderita menggaruk daerah sekitar anus sehingga timbul luka garuk di sekitar anus. Keadaan ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan tuba fallopii sehingga menyebabkan radang di saluran telur. Cacing sering ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis.

Diagnosis
       Infeksi cacing sering di duga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat.

Pengobatan dan diagnosis
       Seluruh anggota keluarga sebaiknya diberi pengobatan bila ditemukan salah seorang anggota mengandung cacing kremi. Obat piperazin sangat efektif bila diberikan waktu pagi dan kemudian minum segelas air segelas sehingga obat sampai ke sekum dan kolon. Pirvinium pamoat juga efektif. Efek samping mungkin terjadi misalnya mual dan muntah. Obat lain yang juga dapat diberikan ialah tiabendazol.

Epidemiologi
       Penyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompo yang hidup dalam satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat diisolasi dari debu ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah.
Penularan dapat dipengaruhi oleh:
1.      Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi.
2.      Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
3.      Retrofeksi melalui anus: larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke anus.

D.       Trichinella spiralis

Hospes dan nama penyakit
            Selain manusia, berbagai binatang seperti babi, tikus, beruang, kucing, anjing, babi hutan dan lain-lain dapat merupak hpspes. Penyakit disebabkan parasit ini disebut triquinosis, trikinelosis atau trikiniasis.

Morfologi dan daur hidup
       Cacing dewasa bentuknya halus seperti rambut. Cacing betina berukuran 3-4 mm dan cacing jantan kira-kira 1,5 mm. Ujung anterior langsing dengan mulut kecil, nulat tanpa papel. Ujung posterior pada cacing betina membulat dan tumpul, pada cacing jantan melengkung ke ventral dengan dua buah papel.
       Cacing betina bersifat vivipar dan biasanya masuk ke mukosa vilus usus, mulai dari duodenum sampai ke sekum. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan kira-kira 1500 larva. Larva tersebut dilepaskan ke jaringan mukosa, masuk ke limfe dan peredaran darah, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh, terutama otot diagframa, iga, lidah, laring, mata, perut biseps dan lain-lain. Kira-kira pada awal minggu ke 4 larva yang telah tumbuh hanya menjadi kista dalam otot bergaris lintang.

Patologi dan gejala klinis
            Gejala triquinosis terganung pada beratnya infeksi yang disebabkan oleh cacing stadium dewasa dan stadium larva.
            Pada saat cacing dewasa mengadakan invasi ke mukosa usus, timbul gejala usus seperti sakit perut, diare, mual, dan muntah. Masa tunas gejala usus ini kira-kira 1-2 hari sesudah infeksi.
           
Diagnosis
            Disamping diagnosis klinis yang tidak dapat diabaikan, diagnosis pasti sering tergantung pada pemeriksaan laboratorium. Tes kulit dengan memakai antigen yang terbuat dari larva Trichinella dapat memberikan reaksi positif kira-kira pada minggu ke 3 atau ke  4. Reaksi ini berupa benjolan memutih pada kulit dengan diameter sebentar sebsear 5 mm atau lebih yang dikelilingi oleh eritema.

Pengobatan
            Pengobatan terhadap penderita triquinosis terutama dilakukan secar simtomatis. Sakit kepala dan nyeri otot dapat dihilangkan dengan obat analgetik. Obat sedatif kadang-kadang perlu juga terutama bila ada kelainan susunan saraf pusat.

2.3 Nematoda Jaringan
A.Wuchereria bancrofti
            Merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti atau wukereriasis bankrofti.penyakit ini tergolong dalam filariasis limfatik,bersamaan dengan penyakit yang disebabkan oleh brugia malayi dan brugia timori. W.bancrofi tidak terdapat secara alami pada hewan.
Daur hidup dan morfologi
cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan dikelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu.yng betina berukuran 65 – 100 m x 0,25 mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm.cacing betina yang mengeluarkan mikrofilia yang bersarung dengan ukuran 250 – 300 mikron x 7-8 mikron.mikrofilia ini hidup didalamdarah  dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu – waktu tertentu saja,jadi mempunyai periodisitas.pada umumya ,mikrofilia W.bancrofti bersifat periodisitas nokturna,artinya mikrofilia hanya terdapat di dalm darah tepi pada waktu malam.pada siang hari,mikrofilia terdapat di kapiler alat dalam(paru –paru,jantung,ginjal,dan sebagainya).
Mikrofilia yang terisap oleh nyamuk ,melepaskan sarungya di dalam lambung menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot toraks.mula – mula parasit ini memendek,bentuknya menyerupai sosis dan disebut larvastadium I.dalam waktu kurang lebih seminggu,larva ini bertukar kulit,tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang dan disebut larva stadium II.pada hari bkesepuluh dan selanjutnnya,larva ini bertukar kulit lagi,tumbuh makin panjang dan lebih kuruus dan disebut larva stadium III.
Gerak larva stadium III ini sangat aktof.bentuk ini bermigrasi,mula – mula ke rongga abdomen dan kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk,bila nyamuk yang mengandun larva stadium III (bentuk infektif) ini menggigit manusia,maka larva tersebut secara aktif masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hospes dan berarang dalam saluran limfe setempat.didalam tubuh hospes,larva ini mengalami dua kali pergantian kulit ,tumbuh menjadi larva stadium IV,stadium V atau caing dewasa.

Patologi dan gejala klinis
            Gejala klinis filariasis limfatik dapat dibagi dalm dua kelompok.yang disebabkan oleh cacing  dewasa menimbulkan llimfadenitis dan limfangitis retrograde dalam stadium akut,disusul dengan obstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudian.mikrofilia yang biasanya tidak menimbulkan kelainan,dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis,perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi dalam beberapa stadium,stadium mikroofilaremia tanpa gejala klinis,stadium akut dan stadium menahun.
Diagnosis
            Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan pemekrisaan labortarium :
1.      Diagnosis parasitologi
·        Deteksi parasit yaitu menemukan mikrofilia di dalam darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal,tehnik konsentrasi knott,membrane filtrasi dan tes provokatif DEC.pada pemeriksaan hispatologi,kadang – kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan kalenjar limfe dan jaringa nyang dicurigai sebagai tumor.
·        Difernsiasi spesies  dan stadium filarial,yaitu dengan menggunakan pelacak DNA yand spesies spesifik  dan antibody monoclonal untuk mengidentifikasilarva filaria dalam bentuk cairan tubuh dan dalm tubuh nyamuk vector sehingga dapat membedakan  antara larva filarial yang meginfeksi manusia dengan menginfeksi hewan.penggunaanya masih terbatas pada penelitian dan survey.
2.      Radiodiagnosis
·        Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kalenjar getah bening inguinal pasien akan memberikan gambaran cacing yang bergerak – gerak.ini berguna terutama untuk evaluasi hasil pengobatan .
·        Pemekrisaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang ditandai dengan zat radioaktif menunjukan adanya abnormalitas sistem lmfatik sekali pun pada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia.
Diagnosis imunologi
dengan teknik ELISA dan immuunnochoromatograpich test (ICT).kedua tehnik ini pada dasarnya menggunakan antibody monoclonal yang spesifik untuk mendeteksi antigen W.bancrofti dalam sirkulasi.hasil menunjukan adanya infeksi aktif eates yang positif waluaupun mikrofilia tidak ditemukan dalam darah.
Pengobatan dan prognosis
            Selama lebih dari 40 tahun,dietilkarbabamasin sitrat ( DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan atau masalah.(DEC) bersifat membunuh mikrofilia dan juga cacing dewasa pada pengobtan jangka panjang.hingga saat in ,DEC merupakan satu-satunya obat yang efektif,aman dan relative murah.dosis yang dianjurkan adalh 6 mg/kg berat badan /hari selama 12 hari.dosis harian obat tersebut dapat diberikan dalam 3 x pemberian sesudah makan.umumnya dengan dosis ini akan menghilangkan microfilaria tapi untuk bener – benar bebas dari bparasitnya diperlukan beberapa kali pengobatan.
Efek samping obat
              Efek samping DEC dibagi dalam 2 jenis.yang pertama bersifat farmokologis,tergantung dosisnya,angka kejadian sama baik pada yang terinfeksi filiariasis maupun tidak.yang kedua adalah respon dari hospes yang terinfeksi terhadap kematian parasit yang sifat nya tidak tergantung pada dosis obatnya tapi pada jumlah parasit dalam tubuh hospes.
Ada 2 jenis reaksi :
1.           Reaksi sitemik dengan atau tanpa demam.berupa sakit kepala,sakit pada  berbagai tubuh, sendi-sendi, pusing, anokresia, lemah, hematuria transien,reaksi alergi,muntah,serangan asma.reaksi ini terjadi beberapa jam setelah pemberian DEC dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari.
2.           Reaksi local dengan atau tanpa demam,berupa limfadenitis,abses,ulserasi,transien limfedema,hidrokel,funikulitis dan epididimitis.
Epidemiologi
              Filariasis bancrofti dapat dijumpaidi perkotaan atau pedesaan.di Indonesia parasit ini lebih sering dijumpi di pedesaan daripada diperkotaan dan penyebarannya bersifat fokal.kurang lebih dari 20 juta penduduk Indonesia beermukim di daerah endemic filiariasis bankrofti,malayidan timori dan mereka sewaktu – waktu mugkin dapat ditular kelompok umur dewasa muda merupakan kelompok penduduk yang paling sering menderita,terutama mereka yang tergolong penduduk berpenghasilan rendah.
B. Brugia malayi dan brugia timori
              Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian ; yang hidup pada manusia dan yang hidup di manusia dan hewan,misalnya kucing,kera dan lain-lain.brugia timori hanya terdapat pada manusia.penyakit yang disebabkan oleh B.timori disebut filariasis timori,kedua penyakit ini disebut filarisis brugia.
Daur hidup morfologi
              Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran da pembulh limfe ,bentuknnya halus seperti benang dan berwarna putih susu.yang betina berukuran 55 mm x 0,16 mm (B.malayi),21 – 39 mm x 0,1 mm (B,timori) dan yang jantan 22 – 23 mm x 0,09 mm (B.malayi), 13 – 23 mm x 0,08 mm (B.timori).cacing betina mengeluarkan mikrofilia yang bersarung.ukuran mikrofilia B.malari  adalah 200 -260 mikronx 8 mikron dan B.timori 280 – 310 mikron x 7 mikron.daur hidup kedua parasit ini cukup panjang,tetapi lebih pendek daripada W.bancrofti.masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang dari 10 hari dan pada manusia kurang dari  3 bulan.di dalam tubuh nyamuk kedua parasit ini juga mengalami dua kali pergqantian kulit ,berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III,menyerupai perkembangan parasit W.bancrofti.didalam tubuh manusia  perkembangan kedua parasit tersebut juga sama dengan perkembangan W.bancrofti.
Patologi dan gejala klinis
              Gejala klinis filiariasis malayi sama dengan gejala kliinis filiariasis  timori.gejala klinis ke dua penyakit tersebut berbeda dengan gejala klinis filiariasis bankrofti.stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan kalenjar limfe,yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai kalenjar limfe inguinal di satu sisi dan peradang ini sering timbul setelah penderita bekerja berat di ladang atau sawah.limfadenitis biasanya berlangsung  2 – 5 hari  dan dapat sembuh dengan sendirinya,tanpa pengobatan. kadang – kadang peradangan pada kalenjar limfe ini menjalar ke bawah,mengenal saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograde,yang bersifat khas untuk filiariasis.peradangan pada saluran limfe ini dapat terlihat sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan peradangan ini dapat pula menjalar ke jaringan sekitarnya,menibulkan infiltrasi pada seluruh paha atas.pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfadema.limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul,pecah menjadi ulkus.ulkus pada pangkal paha ini,bila sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini merupakan salah satu gejal objektif filiariasis limfatik.limfadeniitis dengan gejala komplikasi komplikasinya dapat berlangsung beberapa minggu sampai 3 bulan lamanya.
Diagnosis
              Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dapat dibuktikan dengan menemukan mikrofilia di dalam darah tepi.
1.           Diagnosis parasitologi : sama dengan pada filiariasis bankrofti ,kecuali sampel berasal dari darah saja.
2.           Radiodiagnosis umumnya tidak dilakukan pada filiariasis malayi
3.           Diagnosis imunulogi belum dapat dilakukan pada filariasis malayi.
Pengobatan dan prognosis
              Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan.dosis yang berpakai di beberapa Negara asia berbeda – beda.di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg berat badan /hari selama 10 hari.efek samping DEC pada penngobatan filiariasis brugia jauh lebih berat,bila dibandingkan dengan yang terdapat pada pengobatan filiariasis bankrofti.untuk pengobatan masal pemberian dosis standard an dosis tunggal tidak dianjurkan.yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah rendah jangka panjang(100 mg/minggu selama 40 minggu )  atau garam DEC 0,2 – 0,4 % selama 9 – 12 bulan.pengobatan dengan invermektin sama dengan pada filiariasis bankrofti.untuk mendapatkan penyembuhan yang sempurna,perlu pengobatan ini dilang beberapa kali.
Epidemiologi 
              B.malayi dan B. timori hanya terdapat di pedwsaan,karena vektornya tidak dapat berkembang biak diperkotaan.B.malayi yang hanya dapat hidup di daerah persawahan,sesuai dengnan tempat perindukan vektornya,An.barbirostir.B. malayi yang terdapat pada manusia dan hewan,biasanya terdapat di pinggir pantai atau aliran sungai dengan rawa – rawa.penyebarab B.malayi bersifat local,dari Sumatra sampai kepulauan Maluku . B.timori hannya terdapat pada di Indonesia bagian timur yaitu N.T.T.
C.Occult filariasis (tropical pulmonary eosinopylia)
Patologis dan gejala klinis
              Occult filariasis adalah penyakit filiariasis limfatik,yang disebabkan oleh penghancuran microfilaria dalam jumlah yag berlebihan oleh sistem kekebalan penderita.mikrofilaria dihancurkan oleh zat anti dalam tubuh hospes akibat hipersensitivitas terhadap antigen microfilaria.gejala penyakit ini berupa hipereosinofilia,peninngkatan kadar serum IgE,kelainan klinis yang menahun dengan pembengkakan kalenjar limfe dan gejala asma bronchial.
              Hipereosinofilia merupakan salah satu gejala ini seringkali merupakan petunjuk kearah etiologi penyakit tersebut.jumlah leukosit biasanya ikut miningkat akibat meningkatnya jumlah sel eosinofil dalam darah.yang paling sering terkena adalah kalenjar ingiuinal.kadang – kadang dapat pula terkena kalenjar limfe inguinal limfa leher,lipat sikuatau kalenjar limfe di tempat lain.mungkin pula terdapat pembesaran kalenjar limfe diseluruh tubuh,menyerupai penyakit Hodgkin.bila paru terkena maka gejala klinis dapat berupa batuj dan sesak napas,terutama paada waktu malam,dengan dahak yang kental dan moukopurululen.
Diagnosis
              Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis,hiperosinofilia,peningkatan kadar IgE yang tinggi, peningkatan zat anti terhadap microfilaria dan gambaran roentgen paru.konfirmasi diagnosis tersebut adalah dengan menemukan benda Meyers kouwenaar dengan DEC.
Pengobatan
              Obat piihan adalah DEC dengan dosis 6 mg/kg berat badan /hari selama 2 – 3 minggu.pada stadium ini penderita dapat disembuhkan dan parameter darah dapat pulih kembali sampai kadar yang hampir normal.pada stadium klinik lanjut ,seringkali terdapat fibrosis dalam paru dan dalam keadaan tersebut,fungsi paru mungkin tidak dapat sepenuhnya.
D. Loa – loa (cacing loa,cacing mata)
Hospes dan nama penyakit
              parasit ini hanya ditemukan pada manusia.penyakitnya disebut loaisis atau calabar swelling (fugitive swelling).loaiasis terutama terdapatdi afrika barat,afrika tengah dan sudan.
Morfologi dan daur hidup
              Cacing dewasa hidup dalam jaringan subkutan,yang betina berukuran 50 – 70 x 0,5 mm dan yang jantan berukuran 30 – 34 x 0,35 – 0,43 mm.cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah pada siang hari (diurna).pada malam hari microfilaria berada dalam pembuluh darah paru – paru.
              Microfilaria mempunyai sarung berukuran 250 – 300 mikron x 6 – 8,5 mikron,dapat ditemukan dalam urin,dahak dan kadang – kadang ditemukan dalam cairan sumsum tulang belakang.parasit ini ditularkan oleh lalat chrysops.mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang dari 10 harri didalam badan serongga,mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan siap ditularkan kepada hospes lainnya.cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dalam waktu 1 sampai 4 tahun kemudian berkopulasi dan caing dewasa betina mengeluarkan microfilaria.
Patologi dan gejala klinis
              Cacing dewasa yang mengembara dalam jaringan subkutan dan mikrofilia yang beredar dalam darah seringkali menimbulkan gejala.cacing dewasa dapat ditemukan di seluruh tubuh dan seringkali menimbulkan gngangguan di konjongtiva mata dan pagkal hidug denga menimbulkan iritasi pada mata,mata sendat ,sakit ,pelupuk mata menjadi bengkak sehingga menggau penglihatan.secara fisiskis ,pasien menderita.pada saat – saat tertentu penderita menjadi hypersensitive terhadap zat sekresi yang dikeluakan oleh cacing dewasa dan menyebabkan reaksi radang bersifat temporer.kelainan yang khas ini dikenal denal calabar swelling atau fugitive swelling.
              Pembengkakan jaringan yang tidak sakit dan non fitting ini dapat menjadi sebesar telur ayam.lebih sering terdapat ditangan atau lengan dan sekitarnya.timbulnya secara spontan dan menghilang setelah beberapa hari aatau seminggu sebagai manifestasi supersensitive hospes terhadap penyakit.masalah utama adlah bila cacing masuk ke otak dan menyembabkn ensefalitis.cacing dewasa dapat pula ditemukan dalam cairan serebrospinal pada orang yang menderita meningoenefalitis.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan mokrofilaria dalam darah yang diambil pada waktu siang hari atau menemukan cacing dewasa dari konjungtiva mata atau pun dalam jaringan subkutan.
Pengobatan 
              Dietilkarbamasin merupakan obat utama untuk pengobatan luaiasis selama 40 tahun ini.dosis nya adalah 2 mgr/kg berat badan/hari,dibrikan 3X sehari sesudah makn selama 14 hari.DEC membunuh microfilaria dan cacing dewasa.pada pemberian DEC harus diperhatikan efek sampingnya.disamping sebagai terapi, obat ini bersifat propilaksis terhadap infeksi parasit.saat ini mulai di coba pengobatan dengan Ivermectin.
Prognosis
              Prognosis biasannya baik bila cacing dewasa dapat dikeluarkan melalui mata atau bila pengobatan berhasil dengan baik.
Epidemiologi
              Daerah endemic adalah lalat chrysops silacea dan chrysops dimidiate yang mempunyai tempat perindukan di hutan yang berhujan dengan kelembapan tingkat tinggi.lalat – lalat ini menyerang manusia,yang sering masuk hutan,maka penyakitnya lebih banyak ditemukan pada pria dewasa.pencegahan dapat dilakukan denagan menghindari gigitan lalat atau dengan pemberian obat sebulan sekali,selama 3 kali berturut –turut.
D.Onchocerca volvulus (filarial volvulus)
Hospes dan nama penyakit
              Parasit ini ditemukan pada manusia.penyakitnya disebut oukoserkosis,river blindness,blindinf flariasis.
Mofologi dan daur hidup
              Cacing dewasa hidup dalam jaringan ikat,melingkar satu dengan lainnya seperti benang kusut dalam benjolan (tumor).cacing betina berukuran 33,5 – 50 cm x 70 – 400 mikron dan cacing jantan 19 – 42 mm x 130 x 210 mikron.bentuknya seperti kawat berwarna putih,opalesan dan transparan.cacing betina yang gravid mengeluarkan microfilaria di dalam jaringan subkutan,kemudian mikrofilia meningalkan jaringan subkutan mencari jalan ke kulit.mikrofilaria mempunyai dua macam ukuran yaitu 285 – 368 x 6 – 9 mikron dan 150 – 287 x 5 – 7 mikron.bagian kepala dan ujung ekor tiidak ada inti dan tidak mempunyai sarung.bila lalat simulium menusuk kulit dan menghisap darah manusia maka lalat,masuk kedalam otot toraks.setelah 6 – 8 hari berganti kulit dua kali dan menjadi larva infektif.larva infektif.larva infektif masuk kedalam probosis lalat dan dikeluarkan bila lalat mengisap darah manusia.larva masuk lagi ke dalam jaringat ikat menjadi dewasa dalam tubuh hospes dan mengeluarkan microfilaria.
Patologi dan gejala klinis
              Ada 2 tipe gejala klinis :
1.           Tipe forest dimana kelainan kulit lebih dominan
2.           Tipe savanna dimana kelainan mata yang dominan
              Manifestasi onkosersiasis terutama berupa kelainan  pada kulit sistem  limfatik di mata.ada dua macam proses patologi yang ditimbulkan oleh parasit ini,pertama oleh cacing dewasa yang hidup dalam jaringan ikat yang merasang pembentukan serat –serat yang mengelilingi cacing dalam jaringan,kedua oleh microfilaria yang dikeluarkan oleh cacing betinadan ketika microfilaria beredar dalam jaringan menuju kulit.pada umumnya lesi mengenai kulit dan mata.kelainan yang disebabkan  oleh cacing dewasa merupakan benjolan – benjolan yang dikenal sebagai onkoserkoma dalam jaringan subkutan.ukuran nya bermacam – macam ada yang kecil sampai sebesar lemon.jumlah benjolan lemon pun bermacam – macam dari sedikit sampai lebih dari seratus.letak benjolan biasanya diatas tonjolan –tonjolan tulang seperti pada scapula,iga,tengkorak,siku – siku,Krista ilaka lutut dan menyebabkan kelainan kosmetik.benjolan dapat digerak-gerakan dan tidak tidak tersa sakit (nyeri).kelainan yang ditimbulkan oleh microfilaria lebih hebat dari pada oleh cacing dewasa karena microfilaria dapat menyerang mata dan menimbulkan gangguan pada saraf – saraf optic dan retina mata.
Diagnosis
              Klinis adanya nodul subkutan,hanging groin,kelainan kulit seperti kulit,macan tutul(leopard skin),atrofi kulit,kelainan pada mata berupa kertitis,limbitis,uveitis dan adanya mikrofilaria dalam kornea.parasitologik menemukan mikrofilaria dalam kornea.parsitologik menemukan microfilaria atau cacing dewasa dalm benjolan subkutan.diagnosis dibuat dengan menggunakan microfilaria pada biopsy kulit yakni menyayat kulit (skin –snip) dengan pisau tajam atau pisau silet kira – kira 2 – 5 mm bujur sangkar.sayatan kulit dijepit dengan dua buah kaca objek kemudian dipulas dengan giemsauntuk menemukan cacing dewas dapat dilakukan dengan mengeluarkan benjolan (tumor),microfilaria dapat ditemukan juga dalam benjolan.tes serologi sekarang sedang digalakkan untuk menunjang diagnosis onkoserkosis.
Pengobatan
Dietilkarbamasin tidak lagi dipakai mengigat efek sampingnya yang berat.obat yang dipakai adalah Ivermectin baik untuk pengobatan masal dan maupun selektif.
1.           invermectin merupakan obat pilihan dengan dosis 150 ug/kg berat badan,diberikan satu dua kali per tahun pada pengobatan masal.untuk pengobatan individu,dapat diberikan pada dosis 100 – 150 ug/kg berat badan dan diulang setiap 2 minggu,bulan atau 3 bulan hingga mencapai dosis total 1.8 mg/kg berat badan.obat ini tidak diberikan kepada anak – anak dibawah 5 tahun atau berat nya kurang dari  15 kg,ibu hamil,menyusui atau orang dengan sakit berat.
2.           Suramin merupakan satu – satunya obat yang membunuh cacing dewasa  O.vulvulus tetapi jarang dipakai mengigat cara pemberiannya yang relative sulit dan toksiksitasnya tinggi.
Penggunaanya hanya :
a.           untuk pengobatan kuratif yang selektif di daerah yang tak ada transmisi atau pada orang tang meniggalkan daerah endemik O.volvulus.
b.           pada kasus – kasus onkodematitis hiperaktif dan berat badan diman gejala – gejala tak dapat di kendalikan dengan ivermectin dosis berulang.


Prognosis
              Prognosis baik bila tidak terjadi kerusakan mata.
Epidemiologi
              Tempat perindukan vektor (simulium) terdapat di daerah pengunugan yang mempunyai air sungai yang deras.lalat ini suka menggigit manusia di sekitar sungai tempat perindukan nya.penyakit ditemukan baik pada orang dewasa maupun anak pada anak.infeksi menahun yang seringkali diakhiri dengan kebutaan. Kebutaan terjadi pada penduduk yang berkaitan dengan sungai,makun jauh dari sungai kebutuhan makin berkurang dan oleh karna itu penyakit ini dikenal dengan river blindness.
              Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan lalat simulium atau memakai pakaian tebal yang meutupi seluruh tubuh.














BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Pada umumnya cacing bertelur tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara parthenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak di dalam badan manusia.
2.      Macam-macam nematode usus yaitu Ascaris lumbricoides,Toxocara candis, Toxocara cati,Hookworn, Necator americanus dan Ancylostoma duodenale, Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma cacinum,Ancylostoma ceylanicum, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis.
3.      Macam-macam Nematoda usus yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malai dan Brugia timori, Occult filariasis, Loa-loa, Onchocerca volvulus.

3.2  Saran
Dari makalah ini kita dapat mengetahui macacm-macam dari  Nematoda. Kita juga dapat mengetahui apa saja penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari Nematoda. Kita diharapkan dapat mengetahui bagaimana cara pengobatan dari penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh Nematoda ini.